"Ingatan Jiwa" Hal.16 : Pencarian Jalan

Lanjutan dari "Ingatan Jiwa" Hal.15 : Sabit Hitam

Akhirnya sampai
Di sebuah pantai dengan lautan yang masih biru, namun batuan yang sudah hancur
Di beberapa bagian masih terlihat pohon kelapa
Sebagian kecilnya masih berdiri tegak,
dan sisanya tenggelam oleh pasir,
atau menumpuk begitu saja... runtuh

"Lurus saja" kataku kepada Zaki
Aku tidak tahu bagaimana perasaannya ketika kubilang begitu
Toh, dia masih hidup, dan di depan adalah lautan.
Mungkin dia dalam hati berkata 'ngajak gue mati loe?'

Tapi ternyata jawabannya "Hah !? masa mau berenang ke sana ? nyari mati kamu !!" masih agak mirip

"Ya, aku harap kita... ah... kamu tidak harus berenang sejauh itu.
Karena sebenarnya itu mustahil.
Aku sendiri bisa melewati lautan yang luas ini karena aku memang tidak perlu bernafas, makan, atau apalah.
Jadi ya mudah aja tinggal jalan dari sana ke sini"

"Terus aku gimana caranya ke sana !?"

"Kalau mau, cari perahu"

"Di mana ?"

"Sekitar sini lah. Kalau memang ga ada, bikin sendiri aja"

"Ga mungkin bikin sendiri !!"

"Minta bantuan kek"

"Ga ada orang di sini !! Emangnya ga ada jalan lain ?"

Hmm...
Jalan lain ?

"Ada sih... tapi..."

"Tapi apa ?"

"Aku ga tau apa 'jalan'nya masih ada atau engga"

"Maksudnya ?"

"Susah ngejelasinnya. Tapi benar, ada jalan lain. Pertama kali aku ke Ligo Atlantis, aku melewati jalan yang itu. Kalau jalan yang ini sih baru tadi..."

"Ya sudah ! Ke sana saja ?"

"Nyebrang laut ?"

"Bukan ! Ke jalan yang satu lagi ! Aku harus ke sana !!"

Tanpa berbasa-basi lebih lama, kami langsung menuju 'jalan' yang satu lagi itu.
Aku beritahu dia bahwa 'jalan' itu ada di dekat SMA nya dulu,
tapi itu 8 tahun yang lalu.
Lagipula... itu bukan jalan biasa... itu adalah gerbang.
Menuju suatu tempat yang disebut...

"Ujuang Dunia ?" Zaki bertanya.

"Ya, kita akan menuju sana. Itu juga kalau jalannya masih ada..."

"Nama tempatnya asik juga."

"Tempatnya biasa saja" kataku yang memang sudah pernah kesana.

Dan kami, akhirnya sampai di sekumpulan reruntuhan bangunan.
Kami berpijak di salah satu bukit reruntuhan,
yang dulunya adalah sekolah kami.
Lalu kuminta Zaki melihat-lihat jalan.
Untuk menuju Ujung Dunia.

Jalan menuju Ujung Dunia itu...
Bukan jalan biasa...
Sekarang masih ada tidak ya?
Apalagi... dunia sudah hancur begini...

Dan akhirnya, kami sampai
Di tempat dulu pertama kali kami melihat Thalia
Tempat kami masuk menuju Ujung Dunia

"Oke Mind. Kita sampai. Dimana jalannya ?"
"Emm... bentar..."

Kita lihat...
Zaki menggerakkan kepalanya...
Dan aku melihat apa yang dia lihat...

"Ga ada..." kataku. Menyesal
"Ayo. Tanggung jawab. Katanya kamu tau jalan kesana." Zaki protes
"Sebentar... aku coba cari lagi. Coba kamu jalan ke depan sana. Ke tumpukan batu yang agak tinggi itu"

Dan Zaki pun berjalan sesuai dengan instruksi yang kuberikan

Oke
Tempat ini lebih tinggi
Jadi lebih enak untuk melihat sekitar

Kucoba cari lagi...
Cari lagi...
Lagi...
dan lagi...

hmm...

tidak ada...

tampaknya memang portal itu cuma jalan sekali masuk

"Hm?"
tapi tiba-tiba Zaki bereaksi

"Ada orang"
"Mana ?"kutanya

Zaki menunjuk ke suatu arah...
Dan di sana terlihat seseorang...
Berpakaian serba hitam...

"Lho !! Tadi dia ga ada di sana lho !" sekarang aku yang protes
"Tadi sembunyi kali. Masa tiba-tiba muncul kaya hantu....... hah?"

Tampaknya Zaki menyadari sesuatu

"Hey, jangan bilang itu..."
"Hantu...?"

Tanpa persetujuanku, Zaki bergerak ke arah Hantu itu

"Hey ! Mau kemana ?"
"Aku pengen mastiin, itu beneran Hantu atau bukan"

Zaki berjalan... menyelinap... pelan-pelan...
Mendekati orang itu

Dan tiba-tiba...
Sebuah portal hitam terbuka
Tepat di depan orang itu

Dan dia melangkah masuk ke sana

Dengan refleks aku berkata
"Itu ! Aku ke Ujung Dunia lewat jalan itu !!"
"Bagus !"

Dan Zaki pun berlari
Masuk menuju portal itu, bahkan mendahului orang berpakaian hitam...



Bersambung ke "Ingatan Jiwa" Hal.17 : Terjebak ?
*semua cerita di post ini adalah fiksi

Komentar

Postingan Populer