"Kunci Bumi" Hal.10 : Mati ?

Lanjutan dari "Kunci Bumi" Hal.9 : Monster Selanjutnya

"Panahku ketinggalan di kosan !!" Bisik Kiki. Namun terdengar dari cara dia bicara, dia sedang panik...
Di saat seperti ini... Yang bisa menghancurkan mahluk itu hanyalah panah Kiki.
Kalau begitu...

"Hey, ayo sembunyi lagi. Tapi biasa aja. Ntar disangka orang gila lagi... Panik-panik sendiri..." bisikku kepada yang lain. Mereka mengangguk.

"Ayo !"

Kami berjalan dengan cepat menuju gedung sekolah.

"Eh, bentar ! Jangan WC lagi !!" Kiki protes. Dan tetap dengan bisikan dengan intonasi kepanikan.

Kalau bukan di WC... dimana lagi ?
Aku mencari-cari tempat yang baik.
Melihat-lihat sekitar... di mana ya...?
Dan ketika melihat ke belakang,

"Oh, gawat..."

Mahluk itu berlari ke arah kami !!

Kami sudah tidak peduli lagi dengan sekitar.
Lantai atas yang seharusnya dipijak tanpa alas kaki, kami pijak dengan sepatu kami yang kotor.
Kami berlari ke arah salah satu ruangan "terbaik"
Ruang tempat dikumpulkannya barang-barang hasil karya siswa...

"Dikunci !!" teriak Fakhri, yang mencoba membuka pintu.
"Ke Ruang 4 !!" Teriak Kiki. Kami benar-benar sudah tidak memperdulikan keadaan sekitar... Sudah pakai teriak-teriakan.

Ruang 4... Salah satu kelas yang letaknya agak pojok...
Mau apa dia menyuruh ke sana...?

Dan ketika kami akan berlari menuju Ruang 4,
mahluk itu sudah ada di depan kami lagi.

Lagi-lagi, perasaan "takut mati" datang padaku
Bergetar, berkeringat dingin
Aku tak bisa bergerak
Mahluk itu mengangkat tangannya
Bersiap untuk menghantam kami bertiga lagi...

Tapi
Dugaanku salah
Dia tidak menghantam kami semua
Dia hanya "mengambil" Fakhri
Dan membawanya ke suatu tempat...

Aku dan Kiki diam sesaat...

"Karbala !! Purei !!"
Aku terbangun oleh teriakan Kiki.
Mahluk itu tadi melompat, menembus dinding, bersama Fakhri, menuju belakang sekolah...

"Kita loncat lewat Ruang 4 !! Biar cepet !!"

Apa ?

"Hei, Ki ! Bentar, emang ga bisa--"
"Ga ada waktu Purei !! Ntar kalo Fakhri mati gimana !?" dia langsung memotong ucapanku.

"Oke, oke. Ayo..."
Dan dengan enggan aku mengikuti anak itu

Untungnya, tidak ada siapapun di atas saat ini...
Setidaknya, tak ada yang melihat kami di Ruang 4, selain Tuhan...

Kami mengintip ke Karbala, atau lebih enak disebut halaman belakang.
Di sana terlihat mahluk itu. Bersama Fakhri
Dia masih selamat. Untunglah.

Dan sekarang saatnya melompat.
Tapi...

"Purei... Karena Kiki cewe dan kamu cowo, kamu aja yang lompat ya..." dia mulai mengeluh dengan gaya bicaranya yang sok imut itu...
"Kan kamu yang ngusulin !! Gimana sih !?" aku protes.
"Susah, Purei !! Kiki pake rok !! Kalo nyangkut gimana !?" anak ini kurang cerdas dalam memilih alasan.
"Ayo cepet Purei !! Fakhri nanti--"
"Iya iya iya !!" dan aku pun menyerah.

Deg
Deg
Dadaku berdebar
Aku takut ketinggian. Walaupun hanya 4 meter.
Dan dengan ucapan basmalah...
Aku... siap melo--

Aku didorong oleh Kiki.
Anak sialan itu
Tanpa peringatan atau aba-aba...
Kubalas dia nanti.

Aku bangkit
Aku melihat mahluk itu.
Dan Fakhri, menopan pada salah satu pohon.

Tunggu dulu
Aku tahu aku harus membantu Fakhri
Tapi apa yang harus kulakukan !?

Ugh...
Apa kucoba pukul saja mahluk itu...
Baiklah...

Aku berjalan pelan-pelan ke arahnya...
Fakhri melihatku. Dia hanya diam.
Tentu saja. Tampaknya dia sudah cukup tersiksa karena mahluk itu.

Aku mengambil kuda-kuda...
Mengepalkan tangan...
Mahluk itu masih belum melihat ke belakang....
Dia belum menyadari keberadaanku...

Oke
Dalam hitungan ketiga...
Satu... Dua... Ti...

"KRIIIIIIIIIIIIIIIINNNGG !!"

Bel berbunyi
Itu mengagetkan mahluk itu
Dia mengaum, seperti macan yang kesakitan
Gerakannya tiba-tiba menjadi agresif !!
Dan dia melihatku...
Tangan kirinya mencengkram leherku
Dan tangan kanannya diangkat, bersiap untuk memukulku

Oh, Tuhan
Betapa singkatnya hidupku ini...
Mengapa monster itu hanya menyerang kami...?
Apa karena hanya kami yang bisa melihat mahluk itu...?

Aku melihat Fakhri...
Dia masih bertopang pada dinding...
Dia tampak ingin berteriak, namun tidak bisa.

Dan akhirnya, tangan monster itu berhasil menggepengkan tubuhku.

Gelap...
Gelap...
Gelap...


Bersambung ke "Kunci Bumi" Hal.11 : Pilihan
_________________________
*semua cerita di post ini adalah fiksi

Komentar

  1. Fur, novia ngebayangin kamu bilang
    "Oh, Tuhan
    Betapa singkatnya hidupku ini..." gak tau kenapa pengen ketawa

    BalasHapus
  2. Karena aku memang lucu :D

    BalasHapus
  3. AYOLAH!!!
    tanpa adegan "jalan menembus"

    kita bisa bikin filmnya!!!

    BalasHapus
  4. Dengan adegan "jalan menembus"
    Kita bisa mencoba lebih banyak hal
    Bereksperimen lebih banyak
    Mendapat pengalaman lebih banyak
    (sisi positif)

    :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer