Money Laundering Technique

Beberapa hari silam, atau bahkan hingga beberapa pekan, aku menjelajahi Instagram. Setelah melihat-lihat story yang sebetulnya tidak begitu penting untuk kehidupan, aku melihat feed dari akun-akun yang ku-follow. Salah satunya adalah akun mengenai ilmu keuangan favorit warganet, yakni Jouska.

Pada feed Jouska, yang tidak sengaja kulihat, ada trailer film dengan judul The Laundromat. "Mesin cuci?" pikirku. Biasanya Jouska merekomendasikan film-film yang penuh dengan ilmu pengetahuan dunia finansial tapi judul film kali ini tidak terasa demikian.

Aku membaca caption yang ditulis bersama feed trailer film itu, dan aku tertarik. Tapi mungkin lebih tertarik karena ini direkomendasikan oleh Jouska. Entah karena memang akun mereka dipenuhi dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat sehingga aku merasa percaya dengan rekomendasi mereka, atau karena branding mereka. Entahlah.

Anyway, aku mencoba nonton film itu.

Scene awalnya memperlihatkan dua orang pria, yang berkata "this movie is about you, it's about money". Lalu cerita utama film dibuka dengan scene sepasang kakek nenek yang pergi berlibur. Sisanya? Well, I'd like to avoid spoiler as much as possible. lol

Yang pertama terpikirkan olehku, this movie isn't really about money at all. Tapi kemudian aku teringat akan sebuah skandal yang dulu pernah ramai diberitakan, tapi aku tidak paham apa isinya.

It's about PANAMA PAPERS.

Panama Papers adalah skandal yang melibatkan banyak nama-nama besar di dalamnya. Kalau tidak salah baca, salah satu yang disebut dalam berita Indonesia saat itu adalah Sandiaga Uno.

Sampai saat ini aku sendiri belum baca lagi tentang apa itu Panama Papers, atau isinya, atau berita tentangnya. Tapi dari film ini aku belajar sesuatu. Indeed.

Film ini menceritakan sebuah teknik, bagaimana seseorang bisa menerima uang kotor, lalu menggunakan uang tersebut tanpa dicurigai. Bagaimana caranya? Dengan membuat perusahaan.

Sejujurnya aku sendiri masih belum begitu paham sepenuhnya. Tapi kira-kira intinya begini. Seseorang, sebut saja dia Bang Sat, membuat sebuah perusahaan cangkang. Perusahaan ini kosong, dia tidak punya pabrik, tidak punya kantor secara fisik, bahkan mungkin tidak punya pegawai? Tapi dia punya direktur.

Dalam film, diceritakan bahwa ada orang yang menjadi direktur di 250 perusahaan. Tugasnya hanya menandatangan form kosong. Sudah, itu aja. Tidak diceritakan dalam film, tapi kurasa nantinya form yang sudah ditandatangani itu akan digunakan untuk kepentingan si pemilik perusahaan, alias Bang Sat.

Setelah perusahaan jadi, Bang Sat bisa menggunakan haknya sebagai pemilik perusahaan, agar perusahaan melakukan pembelian aset seperti rumah mewah, mobil mewah, dan lain-lain. Itu semua dicatat sebagai milik perusahaan. Tapi pemilik perusahaan boleh menikmati dong :)

Selain itu, suap dan sebagainya bisa dilakukan sebagai transaksi dalam perusahaan. Uangnya bisa digunakan seperti di atas. Perlakuan pajak atas transaksi perusahaan pun berbeda dengan transaksi oleh pribadi. Karena itu bisa menghindari pajak.

Gelap memang, tapi faktanya itu terjadi.

Mungkin nanti aku pun perlu baca lagi soal Panama Papers ini. Setelah ada gambaran sedikit, sepertinya akan menarik?

Ketapang, 23 Januari 2020

Komentar

Postingan Populer