"Kunci Bumi" Hal.26 : Jawaban Kedua

Lanjutan dari "Kunci Bumi" Hal.25 : Atlantis Kecil

Aku diam
Atau lebih tepatnya, berusaha diam
Takutnya, Fakhri mengendalikan tubuhku
Dan menyuruhku melakukan hal yang aneh-aneh

Kami duduk di sebuah ruangan, yang tampaknya memang dikhususkan untuk tamu
Fakhri menyuguhi kami secangkir teh
Dan untungnya dia tidak menggunakanku untuk melakukannya

Kami mencoba untuk rileks untuk sementara
sebelum memulai membicarakan hal yang penting
yang ditahan oleh Kiki

"Jadi, kamu manajer tempat ini Ri ?" tanyaku
"Ya"
"Dan kamu mendapatkan tempat ini karena memenangkan sebuah kompetisi game di kota ini ?"
"Ya"
"Dan dapat duit minimal Rp. 50.000.000 per tahun ?"
"Ya. Tapi tahun sekarang, jumlah segitu tu ga gede Fur."

Benar juga
Ini 8 tahun semenjak kami meninggalkan sekolah
Fakhri terlihat lebih dewasa daripada terakhir aku melihatnya
Tetapi itu cuma fisik, pikirannya masih anak-anak
Harga di Indonesia pasti sudah naik
Dan untungnya, kota ini menggunakan mata uang yunani
Lebih hebatnya, Kiki dan Fakhri sudah menguasai bahasa itu

Apa sekarang sudah saatnya ?
Membicarakan hal yang seharusnya dibicarakan ?

"OK, Ki... mungkin sudah waktunya kamu bercerita"
"Iya..." jawab kiki. Wajahnya agak berubah
"Tentang Novia ya ?"
"Iya... jadi begini teman-teman" wajah Kiki mendadak serius. Dia melipat tanggannya, dan menempelkannya pada dagu.
"Aku sudah bertanya kepada pak Deh... dimana Novia ?"
"Dan hasilnya... ?" Badanku dan Fakhri agak condong ke arah Kiki, berusaha untuk mendengar jawabannya lebih jelas
"Hasilnya... Novia tidak ditemukan" dan kami membeku, beberapa saat...

Itu mengejutkan !
Apa dia mati !?

"Maksudnya... Novia mati ?" tanya Fakhri
"Tidak... bukan. Kalau mati, maka yang akan ditemukan Pak Deh adalah mayatnya"
"Tapi ini....?"
"Pak Deh sama sekali tidak menemukan Novia yang kita maksud. Seakan, Novia teman kita... memang tidak ada di dunia ini... Makanya, tak ada yang mengenal dia kecuali kita..."
"dan mas Tole" Fakhri menambahkan

"Jadi sekarang, kita gimana...?" tanyaku
"Aku juga... ga tau..."

Susana menjadi hening
Kami masing-masin dilanda kebingungan

"Ini ga bener !" Fakhri berdiri, dan memukul meja
Aku dan Kiki hanya melihat wajahnya yang menunjukkan kemarahan...
"Novia masih ada ! Buktinya, kita masih ingat dia ! Kenangan tentangnya masih tersisa !"
"Aku juga yakin fakhri !" balas Kiki
"Tapi kita ga tahu gimana caranya !"

Keadaan kembali hening
Aku sendiri, tidak bisa berbicara apa-apa
Dan yang muncul dalam pikiranku, malah sebuah pertanyaan...

"Apa ini... ada hubungannya dengan Kunci Bumi...?" tanyaku. Memecah keheningan. Kulihat ekspresi kedua temanku. Mereka tampak bingung...
Kenapa ? apa aku mempertanyakan hal yang salah ?

"Oh iya, Purei, kamu belum tahu Kunci Bumi itu apa ya...?" Kiki menjawabnya dengan pertanyaan.
Aku hanya menggeleng
"Kalo gitu biar aku kasih tahu sekarang. Kunci Bumi, itu adalah sesuatu... seseorang... sesosok... atau terserah kamu mau nyebutnya apa. Tapi yang jelas, Kunci Bumi adalah pelindung bumi ini. Dia yang mengatur arah rotasi bumi, siang dan malam, tingkat cuaca, kesuburan, dan lain-lain. Kalau sekarang banyak terjadi bencana di bumi, artinya kekuatan dari Kunci Bumi sudah melemah... Sampe sini ngerti ?"

Oke, penjelasan yang panjang, padat, dan lumayan jelas dari Kiki
Aku mengangguk
Dan kembali bertanya

"Kalau Kunci Bumi melemah, nguatinnya lagi gimana ? Masa mau dibiarin aja bumi hancur ?"
"Ga lah pur. Kalau dia melemah, dia harus diganti."

Oh... jadi itu maksud pak Deh... generasi-generasi Kunci Bumi sebelumnya

"Jadi... hilangnya Novia ga ada hubungannya dengan Kunci Bumi dong ya ?"
"Ya, harusnya gitu..."

Semua terdiam kembali
Aku menyandarkan diri pada sandaran sofa.
Mencoba memikirkan, apa yang terjadi pada Novia...?

...
...
Aha !

"Oh iya !!" teriakku tiba-tiba. Mengagetkan kedua temanku.
"Mas Tole !!" teriakku lagi. Kali ini menimbulkan kebingunagan pada mereka.
"Mas Tole pernah bilang kalau dia tahu sesuatu tentang Novia kan !? Kita harus tanya dia ! Waktu itu kita ga sempet soalnya ada pengganggu !"

Perlahan-lahan, ekspresi mereka berubah
Wajah Kiki langsung menunjukkan wajah 'oh-iya-ya' nya.

"Jadi sekarang kita ke Ujung Dunia lagi ! Tanya Pak Deh !!" katanya
"Ya. Ngomong-ngomong Fakhri... kamu mau ikut ? Kan kamu harus ngurus tempat ini...?" tanyaku
"Ah, gapapa. Ntar aku suruh orang lain yang ngurus." katanya. Terdengar dari nadanya, dia senang sekali... Lalu dia mengeluarkan joystick-nya
"Lagian aku pengen 'mainin' kamu lagi Fur !!" katanya sambil menekan tombol pada joystick itu. Dan itu membuatku menggerakkan tanganku kesana-kemari, tanpa kendali
"OK ! Ayo pergi sekarang ! Jangan ngulur waktu lagi !" ajak Kiki, dia berdiri terlebih dahulu. Lalu disusul oleh kami.

Kami keluar dari ruang tamu, melewati beberapa alat-alat gaming canggih, hingga akhirnya ketika ketika kami keluar dari Game Center Fakhri...

Langit kota, yang awalnya berupa lampu putih cerah
Berubah menjadi merah
Bunyi sirene terdengar begitu keras
"Ya ampun" kata Fakhri
"Kota dalam bahaya" lanjutnya
"Berarti kita juga" lanjutku



Bersambung ke Hal. 27
_________________________
*semua cerita di post ini adalah fiksi

Komentar

Postingan Populer